Perjalanan yang Biasa
Siang tadi gue nganterin nyokap
ke sekolah adek gue yang searah dengan SMA gue. Kita melawati jalan yang biasa gue
susuri dulu setiap harinya selama tiga tahun. Sepanjang jalan gue jadi kembali
teringat masa-masa SMA gue. Pikiran gue masuk ke dalam pikiran seorang Syafira
jaman SMA dahulu. Gue yang mikirin pelajaran di sekolah, makan siang apa nanti
di kantin, proker-proker OSIS yang seakan-akan ngga kelar-kelar, dan
sebagainya.
Dulu gue sangat disibukan dengan
hal-hal ngga penting tapi terasa seperti hidup dan mati gue saat itu. Hal-hal
ngga penting, seperti ketawa-ketawa temen-temen gue, candaan-candaan kocak,
PR-PR yang belum gue selesaikan, apakah nanti kaos kaki gue akan disita karena
panjangnya hanya semata kaki, dan lain-lain.
Setelah selesai dengan urusan
sekolah, gue dan nyokap melanjutkan perjalanan menuju pusat perbelanjaan yang
ada di deket SMA gue. Gue kambali melewati dan mengingat jalan-jalan yang
dahulu selalu gue lalui itu. Gue sampai hafal di mana letak lobang di jalan
raya, mana aspal yang bagus, mana pohon yang dulu suka ngalangin jalan gue,
atau letak titik kemacetan yang sampai hari ini ngga berubah.
Di pusat perbelanjaan itu gue
nemenin nyokap nyari kerudung buat adek gue dan gue pun mampir ke toko buku. Jadi
inget dulu gue dan temen-temen juga suka ke pusat perbelanjaan itu, entah ngapain, mungkin makan?
Ke toko buku juga? Sampai nonton film di bioskop. Sepanjang hari tadi gue ga
banyak bicara ke nyokap. Hanya mengingat dan mengingat. Sesekali gue mengingat
tentang kejadian pahit yang juga baru menimpa gue semalam. Tapi perjalanan ini
terasa lebih penting dari kejadian semalam.
Menyenangkan, dan menenangkan.
Hari ini gue hanya mengulang
memori-memori perjalanan masa SMA yang sekarang menjadi begitu berarti, padahal
dulu saat ngelakuinnya biasa aja. Iya, beneran perjalanan. Perjalanan dari
rumah sampai sekolah dan perjalanan dari sekolah sampai rumah. Perjalanan ketika
gue mengejar waktu supaya ga telat sampai sekolah. Perjalanan ketika gue
balapan dengan suara adzan maghrib, siapa yang duluan sampe rumah.
Dari perjalanan ini gue sadar,
semua ada waktunya. Semua hal yang dulu gue khawatirkan terbayarkan sudah. Dulu
gue yang khawatir tentang kehidupan setelah sekolah, gue yang khawatir tentang
dunia yang lebih luas lagi, atau pun hal-hal lain yang ngga akan gue sebutkan
di sini. Sekarang gue perlahan mengerti. Gue sedang menjalani prosesnya. Gue sedang
melewati jalan yang sudah seharusnya gue lalui, untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
Perjalanan tadi seolah menjadi
penyembuhan atas diri gue yang sekarang sedang lupa dan hilang arah.
Perjalanan yang dulu kita anggap sepele, ternyata terlalu indah tuk dirindukan.
ReplyDeletePerjalanan yang menjadikan kita seperti hari ini.
Iya
Delete