Mencari, menggali, dan memperbaiki diri.
Hari ini gue abis menghadiri nikahan kolega kantor, Adam beserta istrinya Tiga. Selama di perjalanan dari rumah Rempoa ke wedding venue, udah siap-siap bakal mojok sendiri karena ga janjian dengan orang kantor lainnya untuk dateng barengan. Untungnya, pas sampai venue gue langsung nelfon Ka Fajar yang udah laporan duluan di group kalo dia udah di tempat. Setelah ketemu dengan Ka Fajar dan yang lain, akhirnya gue makan di pojokan barengan Ka Elsa. Di situ lah mulai perbincangan kami tentang pernikahan dan pasangan hidup dari sudut pandang masing-masing.
Gue seneng ternyata apa yang gue rasakan di masa sekarang adalah hal yang wajar dan normal, juga dialami oleh banyak orang termasuk Ka Elsa. Gue selalu senang ketika bertukar cerita dan sudut pandang dengan orang lain, dan ternyata kami punya benang merah yang sama meskipun cara jalaninnya berbeda. Perbincangan kami cukup panjang, mulai dari suapan pertama, jalan-jalan keliling cari desert, sampai di booth kopi kekinian kesukaan orang banyak, Kopi Tuku. Ga berenti di situ aja, kami masih ngobrol berduaan, hal yang ga akan kami lakukan ketika kami di kantor. Gue rasa energi gue untuk menjalani hari ini ditanam dari situ bersama Ka Elsa. Selesai rombongan Ka Elsa pulang, gue gabung dengan rombongan yang baru hadir dan berakhir foto-foto seperti kondangan pada umumnya.
Saat selesai, entah apa yang terbersit, gue dan Tisya sama-sama secara impulsif ingin pergi, entah ke mana. Hal yang lumrah untuk kami berdua, perempuan muda (Tisya sih yang muda..) yang selalu craving for ourself. Akhirnya dari Ciputat kami bergegas ke Blok M. Emangnya, mau ke mana lagi, sih? Kayak ga ada tempat lain aja LOL.
Sejak di perjalanan secara alami gue dan Tisya memang selalu ngobrolin hal-hal jauh dan mendalam tentang diri kami sendiri. Sesampainya di Blok M pun kami memilih untuk ngobrol di kedai convenience store yang terkenal dengan odengnya. Setelah ngobrol 'seru' dengan Ka Elsa, gue kembali mengisi energi bersama Tisya. Kurang lebih selama 2 jam kami menyelami hidup masing-masing. Saling menyiram dan memvalidasi apa yang kami alami. Gue selalu kagum dan bersyukur bagaimana Allah Yang Maha Mengetahui selalu mempertemukan gue dengan sosok yang sama-sama doyan nyelem. Terus mencari, menggali, dan memperbaiki diri.
Sampai pada kesimpulan yang gue tarik bahwa, dalam 24 jam di hidup kita, kalau kita bener-bener fokus dengan diri kita, ternyata 24 jam itu ga pernah benar-benar cukup. Akan terus selalu ada hal dalam diri kita yang bisa kita cari, akan terus selalu ada hal-hal yang perlu kita gali, dan akan terus selalu ada bagian dari diri kita yang harus diperbaiki.
Sampai bertemu dengan adik gue yang ternyata ada keperluan juga di lokasi yang sama, sampai sore, kaki kami terus melangkah menyusuri ruang yang bagi kami sudah familiar. Ambil foto, lihat-lihat hal yang menyenangkan mata. Saling bicara dan mendengar. Bahkan gue senang ketika perjalanan mengenali diri gue juga bisa mendapat masukan dari Tisya sekecil warna aksesoris apa yang cocok untuk kulit gue. Kaki kami ga berhenti melangkah. Mulut kami ga berhenti bicara. Dan semoga, hati kami ga berhenti terisi.
![]() |
Comments
Post a Comment