Masalah Kebiasaan.
Gunung Putri, 24 Juni 2017.
Membahas masalah kebiasaan,
banyak hal-hal biasa yang biasa dilakukan sehari-hari.
Hal-hal biasa tersebut yang akhirnya jadi kebiasaan, ngga enak kalo ngga
dilakuin, ada yang ngeganjel kalo ngga dilakuin. Ya mandi, sarapan, sholat,
dengerin lagu, kebiasaan itu bisa berbeda pada tiap orang.
Dalam bentuk yang lebih makro, mungkin kebiasaan itu ya ada
di daerah atau lingkungan tertentu. Mungkin temen-temen yang pernah pindah
rumah tau rasanya. Yang tadinya pulang ke daerah A, sekarang kalo mau pulang ke
daerah B. Kalo dulu yang disapa Pak Satpam F, sekarang yang disapa Pak Satpam
G. Atau temen-temen yang dulu sehari-hari make mobil C, sekarang make mobil S.
Dulu kalo mau buka jendela harus manual diputer-puter, sekarang udah ada tombol
otomatisnya. Pernah denger ngga seorang temen yang linglung di mobil barunya
terus ngomong, “eh iya, sorry, kebiasaan pake mobil yang lama.” Kebiasaan tuh
ya kayak gitu temen-temen.
Dan kebiasaan itu ngga abadi.
Kebiasaan itu bisa berubah, kapanpun, dengan alasan apapun. Ya
mungkin karena keinginan dari diri kita sendiri kayak pindah rumah atau ganti
mobil. Tapi ada kebiasaan yang harus tergantikan bukan karena kemauan kita,
tapi keadaan. Dan, somehow, mengubah kebiasaan itu sangat sulit untuk beberapa
orang. Menjalani hari-hari dengan atau tanpa hal-hal yang dulu biasa dia
lakukan. Tanpa hal-hal tersebut juga bisa bener-bener tanpa dalam artian
kekosongan posisi, atau ada yang menggantikan. Dan kita, harus tetap
menjalankan hidup dengan atau tanpa kebiasaan-kebiasaan tersebut. The world’s
keep moving, honey. You can’t stag with your desire.
Yang aku pelajari dari sebuah kebiasaan adalah…. Ternyata,
ngga selamanya kebiasaan itu automatically atau default menjadi sebuah kebiasaan.
Sebelum hal-hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan, harus ada justifikasi dan
penerimaan dulu dari diri kita bahwa “iya, inilah kebiasaan gue; keseharian gue.”
Pun saat kita melepaskannya, saat kita menggantinya, hal-hal itu juga terjadi
di otak kita. Ada justifikasi dan penerimaan bahwa “ini bukan kebiasaan gue
lagi; ini bukan milik gue lagi; sekarang kehidupan gue yang ini, bukan yang
itu; dsb.” Dan itu semua akan berjalan match kalo udah ada kesepakatan antara
otak, batin, dan gerak tubuh. Ya gerak tubuh ngikut otak sih ya. Yang sulit itu
ketika batin masih sulit nerima keputusan otak, atau sebaliknya.
Untuk teman-teman yang sedang bermasalah dengan masalah
kebiasaan, aku harap teman-teman akan segara terbiasa dengan keadaan apapun
yang harus menjadi kebiasaan teman-teman sekarang. There’s no need to be worried.
Semua hal akan baik-baik aja, cepat atau lambat. Mungkin berat di awal, tapi
percayalah bahwa ada yang namanya ‘proses’ untuk membantu teman-teman menjalani
semuanya. Semua hal akan segera menjadi kebiasaan lagi.
Much love from ur old friend who had crush on u ❤️
ReplyDeletesending love from 2021 ❤️
Delete