366/366

Sudah di penghujung tahun masehi rupanya. Ternyata setelah saya kilas balik, 2016 memberikan segala rasa bagi saya. Saya merasakan apapun di 2016. A bitter year, indeed. Berwarna tapi pait yang dirasa. Hal yang selalu hadir di penghujung tahun kalau di hidup saya, kehadiran sosok lebih tepatnya. Hal yang memang selalu ada di hidup saya entah semenjak usia berapa. Ngga penting memang. Tapi sejauh ini, itu faktanya. Untuk tahun 2016 ini, saya merasa jahat. Iya, saya benar-benar menyadari kejahatan yang telah saya lakukan. Saya nggak tau harus mulai dari mana untuk membongkar kejahatan-kejahatan yang saya lakukan di 2016 ini.

Sepertinya kalau terus-terusan seperti ini, saya akan membohongi banyak pihak. Memulai sandiwara, adegan demi adegan, dialog demi dialog, akan saya lakoni entah sampai kapan. Sebelumnya, saya tidak pernah melakukan hal-hal itu. Karena saya tau betapa pedihnya jika saya menjadi lawan main saya. Sangat amat pedih. Sakit. Dan saya, secara sadar, sampai saat ini, sedang menyakiti seseorang dengan buaian dan bualan yang saya lakoni. Peran, adegan, dialog. 2016 memberikan saya pelajaran bagaimana untuk mengendalikan itu semua. Terlalu banyak sutradara abal-abal yang hadir di hidup saya tahun ini. Saya nggak tau harus menyudahi itu semua atau berjalan di 2017 membawa itu semua. Haruskah saya tinggalkan atau tetap saya genggam?



Terima kasih kepada Dia yang telah mengatur ini semua. Terima kasih kepada kalian yang hadir setiap harinya di 2016 saya. 2017, please be kind.

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan dan Penyesalan