akan selamanya

Mungkin sudah saatnya, lebih dari 365 hari yang terbuang, aku menyadarinya.

Mungkin selama ini aku yang salah, terlalu memaksa memecah suasana.

Mungkin ini waktunya, melepas genggaman yang terjerat dalam angan.



Cerita yang ada selama ini ternyata cuma asa. Tidak lebih dari sekedar canda. 18 tahun hidup di dunia fana tidak juga membuatku sadar bahwa kita akan hidup kembali. Tapi bukan di sini. Terus kok ya yang dicari cuma si dunia brengsek ini? Bodoh juga ternyata, sudah berjuta kali diteriaki bapak, masih saja keukeuh dengan dunia brengsek ini. Kenapa ya? Agak bandel juga ternyata. Ndableg.

Sudahlah, yang kemarin ya mau diapain? Masih panjang juga jatah main-mainnya. Ya, mudah-mudahan diaminkan oleh para malaikat lalu disampaikan kepada-Nya. Semoga masih lama, ya? Lama ke mana? Ya menuju hidup yang sebenarnya, toh.

Mungkin juga di jatah main-main ini aku akan tetap sendiri. Nda akan tega aku mengajak orang lain untuk bersusah-susah bersamaku di permainan ini. Permainanku licik. Orang melihatnya apik. Padahal dalamnya ya sama kabeh. Gimana ya? Aku sudah mencoba untuk membereskan rumahku, sudah bersih, sudah ayu, yang mau masuk ya ora genah. Males aku jadinya. Aku sudah mengundang yang lain kok. Tapi ya dianya aja nda mau dateng. Ya sudah. Apa boleh buat? 

Sumpah demi dua kehidupan ini. Aku tidak yakin, tidak pernah, dan tidak akan pernah yakin, ada yang mau bermain bersamaku. Menjalani permainan demi permainan. Wahana demi wahana yang ada dalam dunia ini. Mungkin juga aku ini individualistis. Jadinya males main bareng yang lain. Sumpah, mas, mba, sejujurnya aku ingin bermain bersama. Tapi aku tau, aku akan membebanimu. Dan aku takut, akan bermain sendiri lagi setelah sempat ditemani. Jadi ya sampai sekarang aku akan terus bermain sendiri.

Untuk teman-teman yang sempat aku ajak bermain bersama, maaf ya, aku sedikit merepotkan. Mungkin juga banyak merepotkan ya? Baiknya kamu cari teman bermain yang simple, nda ngerepotin seperti aku, ya? Cari yang ayu, kalem, pinter, berwawasan luas, bertingkah laku selayaknya putri dalam drama. Karena sang putri dalam drama itu yang akan terus menemanimu di hidup yang nanti. Dan aku, sebagai individualistis yang tetap pada pendirianku, ya mungkin aku akan tetap bermain sendiri sampai bertemu teman yang sama-sama seperti ini.

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan dan Penyesalan