Kenapa bisa?

Lagi, saya harus memukul diri ini. Memaafkan diri sendiri yang telah membuat kecewa. Terlalu banyak berharap pada semesta. Mengeluh akan air mata namun tidak bersyukur ketika adanya bahagia.

Lagi, diri ini menelan kecewa. Hancurnya cerita dalam nelangsa. Jatuh lagi, jatuh lagi. Lagi, lagi, dan lagi. Bangkit sendiri. Duka sendiri. Suka sendiri.

Cemas menanti tangan Tuhan bekerja. Apakah akan sama? Sama kah bahagianya? Berharga kah pelajarannya? Indah kah akhirnya?

Tanya kenapa? Kenapa bisa begini? Kenapa bisa begitu? Kenapa?

Bisa kah? Bisa kah Tuhan membawa saya dalam mimpi, kemudian hidup di sana selamanya? Bisa?

Bisa kah? Bisa kah saya menerima jalan Tuhan, lalu bahagia selamanya? Bisa?

Bawa saya ke sana. Ke tempat di mana saya merasa bahagia. Akan tetapi, apakah hal itu akan terulang kembali? Bagaimana dengan ini? Bagaimana dengan yang lain? Akankah mereka datang kembali? Menjadi teman bagi indahnya kebahagiaan? Menjadi substitusi para bahagia ketika ingin rehat? Apakah mereka akan menjadi angin malam yang berhembus begitu saja? Ataukah akan menjadi pelangi yang selalu dinanti?

Di manakah ujungnya?

Proses yang indah. Tahap demi tahap yang menakjubkan. Kagum, kan?

Tergesa rasanya ingin melewati ini semua. Rasa di dada yang gegap gempita menantinya. Mungkin ini hanya aliran darah muda yang bergelora. Kemudian kembali menjadi duka setelah kepergian suka.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tulisan dan Penyesalan