Padamnya api itu..
Gelap, sepi, dan sendiri. Persis beberapa tahun yang lalu. Seperti ini terjaga di kala gelap. Ia lelah, namun tak ingin berbaring. Mimpinya sedang tertidur lelap, mungkin? Ia hanya tertuju pada satu, yaitu masa lalu. Kesendiriannya menghentak dari hiruk pikuk kehidupan yang mematikan. Ya, mematikan dirinya. Ia mati. Ia kelabu. Ia kini....... bukan dirinya yang dulu.
Tubuhnya yang kian lama menua, masih bisa dibilang muda daripada jiwanya. Ia sudah lama layu daripada seharusnya. Bara apinya telah padam. Entah apa yang mematikannya. Sangat disayangkan api itu seharusnya masih menyala seperti beberapa waktu lalu. Aku yakin awalnya ia hanya berniat untuk menyembunyikan api itu. Namun ia terlalu sibuk untuk membelakanginya dan berpura-pura, hingga akhirnya ia tak sadar kalau apinya telah padam tertiup angin.
Pandangan dari mata kecilnya terus tertuju pada titik api -yang sebenarnya sudah padam- yang di ingatannya masih membara. Tangis. Ia menangis. Ia tak tahu harus menyalakan api itu dengan apa. Hanya air mata yang mengalir di pipinya, pun ia tak mengeluarkan suara isak tangis. Iba aku melihatnya. Ia sibuk membakar api orang lain hingga ia sendiri lupa untuk menjaga apinya.
- - -
Well, hi world. Long time no post.
Seharusnya gue udah tidur, nyiapin tenaga buat perjalanan bus panjang nanti. Gua bakal ke Jogja, acara outing class dari sekolah. Seru, ya?
Dan seharusnya gue udah packing. But I got nothing in my bag. Yup! Gue belom packing. Enggak males, cuma belom dapet moodnya aja.
Entah apa yang menjaga gue sampe jam segini belum tidur. Padahal kemaren-kemaren jam 8 aja gue udah pules. Tiba-tiba terlintas aja kehidupan gue yang lalu, ketika sering banget tidur jam 12 padahal besoknya masih sekolah. Cuma untuk browsing, stalking, atau ngerancang mimpi ga jelas. Mimpi, men. Mimpi buat cita-cita. Bukan sekedar khayalan. And nooowwwww keadaannya beda banget. Gue jauh lebih pesimis dari gue yang dulu. Dulu gue optimis banget. Dulu gue udah siap, dulu seolah gue nantangin masa depan. Sekarang seolah gue segan. Idk.
Kalo gue cerita tentang hal ini ke sahabat gue pasti dia akan bilang "ah elu sap, gitu mulu". Yessssss i've told a lot about this. Kayak gue terjebak masa lalu dan segan akan masa depan. Gue pesimis. Gue lagi ga butuh nasehat, gue cuma butuh didenger aja. Dulu seakan gue kuat. Apa pun gue hadapin. Apa pun gue tantangin. Tapi sekarang gue ngerasa lemah, ngerasa rapuh. Dan bodoh. Dulu gue ga mau kalah, tapi sekarang? Gue selalu diam, (pura-pura) ga tau apa-apa. Gue terlalu naif. Gue nggak kayak gue yang dulu, yang licik, yang picik, yang sarkastik. Sekarang gue banyak diam, sekarang gue banyak menyimpan tenaga gue untuk tidur. Oh, well, dulu gue juga sering tidur. Tapi karna kurang tidur. Tapi kalo sekarang? To avoid people. To avoid something I don't wanna see or hear. I don't wanna be bothered with anything. Emang lebih damai rasanya. But it got chaos inside. It feels like "okay, gue ga punya masalah sama orang, tapi gue selalu berperang dengan diri gue sendiri". I mean.. reality sucks. They forced you to be "you" but then they judge you. Gue memilih untuk aman. To keep myself from pain, I build some distance. It feels so good rasanya lo gak harus berbasa-basi dengan orang. Gak harus haha hihi dengan orang yang ga bener-bener nyaman dan lo suka. That's really a good thing. But isn't as healthy as I thought. It's torturing. Gue nggak tau. I've been trapped in "serba salah" position.
Hina. Gue emang hina. Nggak mensyukuri apa yang ada.
Gue sama sekali ga tau harus ngapain dengan posisi kayak gini. Gila. Gue ga nemu orang-orang yang sejalan pikiran dengan gue. Gue ga tau harus berbagi cerita sama siapa lagi. It's getting frustrated. Bairin. Biarin gue dibilang aneh. Biarin gue dibilang ansos. I'm keeping myself from pain. Gue tau rasanya bersosialisai yang berlebihan. Gue tau rasanya harus berpura-pura sana-sini. Gue udah pernah ngerasain semuanya. Gue pernah ngerasain bergaul dengan kalangan A B C D E sampe Z. But now gue mau fokus sama diri gue sendiri. I just wanna raise my soul. To be better. To be much better than I ever used to. Gue ga mau masa depan gue buruk. Gue ga mau. Gue udah terlalu banyak mengecewakan orang-orang yang gue sayang. Dan itu juga yang membawa gue kecewa sama diri sendiri.
Tapi tetep aja. Tetep gue ngerasa ini semua salah.
Gue harus ngelawan diri gue sendiri. And that's really............apa ya? Gue juga ga tau apa namanya. Lebih dari ngebunuh diri lo sendiri.
Gue selalu gagal. Ketika fokus gue udah hampir sampai, pasti selalu langsung buyar. Gue selalu gagal untuk mendapatkan apa yang gue mau. Dan anehnya orang-orang menganggap apa yang melekat pada diri gue as an achievement, bagi gue itu sama sekali bukan apa-apa. Itu. ITU. Itu yang ngebuat gue ngerasa aneh. Focus point gue bukan seperti apa yang orang-orang liat. Apa yang gue kejar, bukan seperti yang orang-orang mau. Makanya setiap orang berpendapat that's my "well done" gue merasa biasa aja.
Ah, terserah kalian lah mau nilai gue seperti apa.
Setidaknya gue udah mencoba untuk berdamai dengan diri gue sendiri.
Comments
Post a Comment