"every night is getting hard" then I cried. These were all behind.

I have no idea.

All those things are suicide
I do what I want
But when the night is coming
All those things are leaving
When "it's only about me, myself, and I" 
It's getting hard, thicky, and heavy

Aku memenjarakan diriku sendiri atas apa yang aku kuasai
Aku terus menahan apa yang harus aku keluarkan
Aku sudah pergi sangat jauh dari aku yang dulu
Aku jadi palsu, perilaku ku semu



Gue ninggalin apa yang ngebuat gue bahagia, apa yang ngebuat gue tertawa lepas. Semua hal yang ngebuat gue berani untuk bermimpi. Hal-hal yang ngebuat gue percaya dan yakin akan mimpi. Hal yang ngebuat gue merasa dihargai. Gue sangat cinta dengan mereka, apa pun itu, yang bisa bahkan lebih dari mampu membuat gue menyadari adanya keberadaan diri gue sendiri. Gue menjadi semu. Gue, gue, gue, terus terucap kata gue. Post ini cuma berisi tentang gue. Egois.

Apa? Siapa? Cuma diri gue sendiri yang sebenernya paling bisa balikkin itu semua. Hal yang menarik tawa dan tangis dengan lepas. Gak ditahan, gak ada paksaan. 

Berat, itu yang dirasa ketika sendiri. Tapi kesendirian itu yang ngebuat elo kenal sama diri lo sendiri. Itu point-nya.

Senyum? Indah diliatnya, enteng. Emang ringan ketika ngelaksanainnya. Jujur gue pun seneng senyum, nyapa orang. Tapi kadang itu yang ngebuat gue ngerasa munafik. Gue bohong.

Rahasia umum, "smile covered anything perfectly". Terus bagaimana dengan "but eyes cannot lie"? Cuek, gak ada orang yang peka atau langsung 'ngeh' dengan orang-orang seperti ini. Mereka yang selalu tersenyum dan ceria, probably they're the persons who feel painful the most. My assume.

Lo tau? Gue ngerasa aneh, ada yang janggal atas kesenangan hidup gue. I'm happy with my life. With or without gift and shit in every single day. But I feel......sorry to say, ini kesenangan yang gue buat. Setiap hari, setiap pagi, gue membangun rencana "What I do" for that day in my head. And it was all succeed. Isi dari rencana itu cuma hal-hal yang harus gue lakukan DAN membuat gue bahagia tampak fisik. Nah. I feel soooooooooo guilty.

Sekarang ketika gue merasa biru, gue baru sadar. Untuk apa gue membuat diri gue tampak bahagia di luar padahal tidak? Untuk apa gue mengharuskan orang-orang melihat kalo gue ini bahagia? Di mana letak keuntungannya? Day by day, minute to minute, all I do is smiling, making a joke, and laughing. Dan itu semua hanya kebahagiaan yang sesaat, gak mendalam, dan gak berbekas. Even my heart skipped a bit harder 'cause of happiness.

Some of my friends told me "Elo mah kayak psychopath, Pi. Kemana-mana sendiri.". And yes, gue mengakui. Gue lebih suka sendiri. Kenapa? Balik ke point di atas. And I quote Ryan Adriandhy's tweet "You are being yourself when nobody is around.".





one of my happiness



xx - ☮ut

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan dan Penyesalan